Beroleh kesegaran di Pantai Ujunggenteng, Sukabumi
Hari
Sabtu, 14 Juli 2012 merupakan akhir masa perkuliahan tahun akademik
2011/2012. Sejak hari Jum'at, kegiatan akademik di penghujung masa
perkuliahan dilaksanakan berupa ujian akhir semester (UAS) mahasiswa
semester 1, 2, dan 3. Kegiatan UAS kebetulan bertepatan dengan
berakhirnya pelaksanaan Ujian Komprehensif (bagi semester 3) dan Sidang
Tahap II (semester akhir).
Mengakhiri
perkuliahan ini, beberapa dosen, staf dan mahasiswa PBSI S2 UNSUR
yang mengikuti ujian Komprehensif dan Sidang Tahap II menggunakan
momentum ini dengan berwisata ke Taman Pesisir Pantai Penyu,
Pangumbahan, Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi.
Acara pengenduran urat syaraf dalam beroleh kesegaran sekaligus pelega
emosi dari rutinitas kegiatan sehari-hari dilaksanakan pascakegiatan
ujian, yakni Sabtu-Minggu (14-15/7).
Wisata
dilakukan kalangan akademisi PBSI S2 melibatkan mahasiswa dan dosen
ini tergolong istimewa, karena dilakukan di luar kegiatan lapangan
akademik seperti biasangya (bukan seperti studi lapangan-red). Di sini
mahasiwa tak perlu direpotkan harus membuat laporan tugas, tetapi
bersiap menikmati kejutan, yakni panorama basisir pakidulan
Ujunggenteng mempesona.
Prof. Iswas mencoba mengarungi Samudra Hindia
Nilai
istimewa lainnya pada kesempatan ini hadir sejumlah "pupuhu" Prodi PBSI
S2 UNSUR Cianjur, yakni Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd (Ketua Prodi
PBSI S2), Dr. Hj. Siti Maryam, M.Pd (Sekretaris Prodi), Dra. Hj. Yeni
Suryani, M.Pd (Bendahara). Turut serta pula staf pengajar PBSI S2
lainnya Dr. H. Kohar Pradesa, M.Pd, Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Pd.
Sebelumnya beberapa staf dosen lainnya telah memberi konfirmasi
keikutsertaan, yakni Prof. Dr. H. Yus Rusyana, Dr. Hj. Iis Ristiani,
M.Pd, Drs. H. Iyep C. Hermawan, M.Pd, Ruswan Dallyono, S.Sos, M.Pd,
rupanya ada sesuatu keperluan mendadak dan padatnya kegiatan yang
bersangkutan membuat ybs. belum bisa bergabung dalam rombongan ini.
Pantai Penyu Pangumbahan
Namun,
perjalanan ke salah satu ujung dimiliki provinsi Jawa Barat ini tak
kalah serunya. Kisah lainnya dapat pembaca nikmati di blog PBSI S2,
secara bertahap akan ditayangkan.
Seorang mahasiswi PBSI S2 mengikuti prosesi pelepasan tukik ke laut
Rombongan
terdiri 3 mobil avanza bertolak pukul 15.30 dari Kampus UNSUR Cianjur
melalui kota Sukabumi. Peserta menunaikan salat Magrib di daerah
Lengkong. Perjalanan malam menembus Jampangkulon melalui jalan pintas
Mataram cukup menggenjot adrenalin penumpang. Jalan berbatu dan hampir
tidak dijumpai pemukiman menjadi kisah menarik tersendiri. Pada akhirnya kendaraan tiba di jalan mulus Jampangkulon-Surade baru
saja dihotmix. Pukul 22.00, rombongan mencapai Ujunggenteng dan
menempati pondokan yang telah disiapkan.
Rasa
lelah melakukan perjalanan panjang setara 6 jam itu, terobati oleh
jamuan khas Ujunggenteng yang telah disediakan mahasiswa baru saja
menuntaskan tesisnya, Sirwan Budiarto. Ia tinggal di Cikalapa,
Ujunggenteng. Ikan bakar, nasi hangat, krupuk opak dan sambel dengan
lalabnya langsung diterima dengan antusias.
Memanjakan lidah dengan kuliner ikan bakar yang cita rasa dan sensasinya terus nempel di lidah penikmatnya.
Ikan
bawal seberat 3 kg dan ikan lainnya ini telah diracik dengan bumbu
ngepas dan dibakar pas, membuat dagingnya yang tebal dan "pepel" matang
sempurna. Gemuruh deburan gelombang Samudra Hindia yang berada
persis di belakang saung tempat botram laksana iringan musik rok yang
menggairah suasana malam. Apalagi sambal "jeletot" cukup pedas di
lidah, efektif menggandakan nafsu makan terpendam sebelumnya. Dari
kejauhan, sorot cahaya kapal nelayan secara samar-samar dapat
diterawang dari balik saung. Makan malam di malam panjang di tepi
pantai menimbulkan kesan mendalam. Bagi yang pernah bermalam mingguan
di tepi pantai, barangkali membangkitkan romantisme dan kenangan
manis masa lalu.
Perjalanan
ke Pantai Penyu Pangumbahan berjarak 4 km dilakukan malam itu
juga. Pantai Pangumbahan ditempuh dari lokasi Penginapan sekitar 20
menit melalui jalan sirtu (pasir batu) melewati sepanjang pasisir.
Pak Kohar dan Pak Yayat turut penasaran mengintip penyu di Pantai Pangumbahan
Meski
malam telah larut, tak menghalangi rombongan menuntaskan kepenasaran
melihat momen proses bertelurnya penyu hijau di Pantai Penyu,
Pangumbahan. Seakan tak mengenal lelah, tiga sopir membawa peserta ini
tetap antusias dan bersemangat menuju Pantai Pangumbahan. Suasana
deretan losmen dijumpai sepanjang jalan di pesisir pantai tampak
penuh. Begitupula rombongan remaja tampak berjalan kaki, membuat
suasana malam jauh dari kesan sepi.
Pukul
00.30, rombongan mencapai lokasi Pantai Penyu Pangumbahan. Rombongan
sempat berbincang-bincang dengan petugas. Petugas menerangkan bahwa
penyu amat sensitif terhadap gerakan maupun cahaya. Ketika melihat
banyak gerakan atau sorot cahaya, pengintaian penyu hendak bertelur bisa
gagal total. Namun tuli terhadap suara. Meskipun kita berteriak dan
berdiri di dekatnya, selama tidak bergerak atau menyalakan cahaya,
penyu akan tidak terganggu.
Penyu
hijau di Pantai Penyu Pangumbahan rela berjuang mengarungi ganasnya
Samudra Hindia demi generasi selanjutnya: pesan tanggung jawab dan
ketulusan sang ibu (Sumber: ujung-genteng.info)
Dibalik
gemuruh suara gelombang laut yang mencekam, rombongan berhasil
mencapai tepi pantai. Pasir halus membuat telapak kaki terbenam ke
dalam pasir. Itulah sebabnya, beberapa peserta rombongan menyarankan
agar membuka sandal. Petugas yang berada di tepi pantai menyarankan
agar rombongan menunggu di aula, nanti akan diberi kabar bila ada penyu
yang naik ke daratan. Proses penyu naik ke daratan, menggali lubang
untuk bertelur dan proses bertelur memakan waktu 2 jam. Menurut
petugas, baru saja pada pukul 21.00, ada seekor telur yang telah naik
dan bertelur. Seekor penyu hijau mampu menghasilkan telur sekitar 150
butir.
Tengah malam di Lokasi Konservasi Penyu Pangumbahan
Pantai Menarik
Wisata di daerah Ujunggenteng cukup banyak sekali. Selain bisa melihat langsung penyu hijau (Chelonia Mydas)
bertelur di pantai Pangumbahan, lokasi bertelur penyu lainnya adalah
Muara Cipanarikan. Muara ini cukup indah dan tenang. Banyak dikunjungi
wasatawan lokal. Satu lokasi lagi di Citirem berjarak 9 km dari
Pangumbahan. Telur-telur di 2 lokasi ini, menurut petugas ditetaskan di
Penangkaran Pangumbahan.
Curug Cikaso penorama menakjubkan di selatan Sukabumi
Pengunjung
bisa berselancar di daerah Ombak Tujuh. Lokasi ini merupakan
kawasan diminati bagi wisatawan mancanegara untuk olahraga selancar.
Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu berurutan
tujuh ombak dan selalu besar-besar.
Curug
Cikaso adalah daerah wisata cukup eksotis merupakan tempat diminati
wisatawan cukup indah. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan keindahan
panorama Curug dalam 3 sisi sekaligus.
Pantai Amanda Ratu, Tanah Lot-nya Ujunggenteng (sumber: ujung-genteng.info)
Pantai
lainnya yang mempesona adalah Tanah Lot Amanda Ratu. Pantai ini boleh
dikatakan Tanah Lot-nya Bali yang ada di Ujunggenteng. Meskipun belum
setenar Tanah Lot Bali, namun Anda dijamin puas menuntaskan mata Anda
dengan menikmati tawaran pesona alam mengagumkan di sekelilingnya.
Pastikan
bagasi Anda cukup untuk buah tangan: Seorang mahasiswa sedang
mengepak bagasi buah tangan berupa "ikan segar" dari TPI Ujunggenteng
Anda
bisa berbelanja ikan segar di tempat Pelelangan Ujunggenteng yang berada
bersebelahan dengan bekas dermaga Ujunggenteng untuk oleh-oleh yang
di rumah. Ikan-ikan segar seperti lobster, layur, jongjolong, bawal
bisa Anda dapatkan dengan harga lebih murah. Bagi Anda pecinta ikan
besar seperti jangilus, pari atau hiu sekalipun, Anda bisa memanjakan
diri kuliner "daging putih" yang non-kolesterol ini di sini. (dewa)