BERBAKTI DAN MENGABDI

BERBAKTI DAN MENGABDI

Senin, 31 Oktober 2011

Penantian Tak Berujung di Pintu Tol Cileunyi

Hujan rintik-rintik di pintu tol Cileunyi di Sabtu malam

Setiap Jum'at dan Sabtu, saya memiliki kegiatan sejak Februari 2011 di Cianjur.  Selama hampir enam bulan dilakukan bolak-balik Cianjur-Cileunyi. Kalau pulang agak siang, biasanya janjian di ujung tol atau di tugu batas kabupaten Bandung dan Sumedang bersama istri yang kebetulan mengajar siang dan pulang sekitar pukul 17.00.

Saya bisa mengobrol di angkutan kota yang ke arah Tanjungsari.  Seorang mahasiswa dan Ibu Guru. Tanpa anak-anak.  Dengan tas dan buku ala mahasiswa, membuat jiwa muda bergelora.  Tak peduli angkot melewati kampus almamaterku di Jatinangor, kali ini serasa menjadi mahasiswa kembali.

Suatu waktu, istri saya harus mengikuti kegiatan PGRI di Jakarta selama 3 hari yang rencananya pulang hari Sabtu.  Saya mengantar sendiri ke travel di Kopo Mas Bandung di hari Rabunya.

Sabtu siang acara di Jakarta sudah usai.  Meski saya di Cianjur, saya sarankan agar istri saya jangan melewati jalur puncak karena suka macet akibat sistem buku-tutup.  Tetapi melalui tol Cikampek saja langsung Cipularang dan turun di Cileunyi.  Prediksi saya dua  setengah jam dari Cianjur melewati jalan raya biasa akan sama dengan dua jam menggunakan bus dari Kampung Rambutan melalui tol Cipularang.

Tetapi di Ciburuy bus tertahan macet agak parah.  Sehingga tersendat-sendat.  Tetapi akhirnya tiba juga di ujung tol Cileunyi tepatnya di depan RS AMC Cileunyi.   Baterei hp ku byar-pet, hidup - mati.  Hape masih bisa dibeca ada pesan bahwa istriku sampai Cimahi menggunakan bus Karunia Bhakti AC dari Kampung-Rambutan via tol Cipularang.  Bus Karunia Bhakti via tol amat jarang, tetapi ada sekitar satu atau dua jam sekali.  Sementara bis yang sama via Cianjur hampir setengah jam sekali tiba.

Sebagai suami yang baik, dalam keadaan hujan rintik-rintik saya putuskan untuk menanti bus Karunia Bhakti tujuan Garut yang menggunakan AC.   Tiba-tiba bus yang dimaksud datang, saya pun sumringah.  Ternyata istriku tidak terlihat. Saya putuskan menunggu lagi bus yang sama dari Jakarta.

Pukul 22.00, bus datang lagi, dan hasilnya nihil lagi. Saya pun berpikir ulang untuk pulang saja, tapi angan terbawa bagaimana kalau istri turun dengan membawa tas besar sehabis kegiatan 4 hari. Kasihan juga ... Untuk mengisi pulsa, hapeku mati total.  Ada telepon umum tapi nomornya tidak ingat, karena disimpan di hape yang mati. Malam pun beranjak pekat.  Satu persatu kios menutup pintunya.  Tinggal beberapa pedagang asong yang setia mengadu nasib di kedinginan malam.

Akhirnya, saya putuskan pulang jam 23.00.  Sesampai di rumah, ternyata istriku sudah ada bercengkrama dengan anak-anak. Ia  pulang jam 18.00. Saya tidak membaca jam berapa ia meng-SMS sekitar Cimahi itu karena hape langsung mati.

Kawanku menyindir, "Hape boleh mati, tapi hati dan instink gak boleh mati.....".

Sebagai hiburan, istriku memuji "heroisme" dan "kesetiaanku" yang rela  menanti di tapal batas di ujung tol dalam waktu yang tak berujung .......

Panineungan.....Cileunyi, 28 Maret 2011 (***)/dan w dhien

Minggu, 30 Oktober 2011

Menggelorakan Atmosfer Pendidikan Melalui Seminar Intenasional

Kalangan akademisi dalam dan luar negri (foto-foto: Rudy Sy)

Masyarakat Cianjur dan sekitarnya tak perlu terbang ke luar Negeri untuk mengikuti seminar bertaraf internasional.  Juga tak harus ke ibukota Jakarta atau  terbang  ke Bali.  Penulis ingatkan, Isu seminar internasional di Bali kini marak digunakan tangan-tangan jahil untuk memperdayai kaum cendekiawan atas nama instansi Kemdiknas memilih Anda para guru/dosen.  Modusnya, biasanya guru diberi SMS, untuk kemudian menelepon ke pejabat disdik setempat. Untuk keperluan akomodasi, transpor hanya diberikan pada peserta yang memiliki kartu ATM.   Ujung-ujungnya Anda malah mentransfer balik uang milik Anda raib digondol sang penipu.
  Dua peserta dari sduadua asyik menyimak materi

Kalau yang ini nyata, kawan.  Bagi para pendidik, pemerhati pendidikan atau mahasiswa di wilayah Cianjur, Sukabumi, Bogor atau Kab. Bandung Barat, Program studi Bahasa Sastra Indonesia Pascasarjana ( S2) Universitas Suryakancana Cianjur kali kedua, bakal menggelar hajat seminar internasional, Sabtu, 4 Juni 2011.

Semangat otonomi daerah berdampak positif membuat daerah otonom di Nusantara bebenah meningkat diri.   Salah satunya berjuang mendirikan perguruan tinggi di daerah, sebagai upaya memberi kesempatan luas bagi warganya untuk menimba ilmu dan meningkatkan pengembangan dirinya.  Karena,  Indeks pendidikan merupakan salah satu barometer untuk mengukur tingkat   kesejahteraan penduduk.

 Bu Lena  serius berdiskusi materi di sela seminar
'
Dalam sejarahnya,  Universitas Suryakancana Cianjur memiliki 2 (dua) Fakultas yakni Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi dan memulai aktivitas akademik pada tanggal 11 September 1964.  Setelah berdiri STKIP, kemudian menggabungkan kedua Perguruan Tinggi saat itu STHS dan STKIPS dalam satu yayasan yaitu Yayasan Pembina Perguruan Suryakancana (YPPS) Cianjur. Pada tahun 2000-an Yayasan Pembina Perguruan Suryakancana Cianjur, memperjuangkan agar di Kabupaten Cianjur bediri suatu Universitas Suryakancana atas surat keputusan Mendiknas RI No : 100/D/O/2001 Universitas Suryakancana berdiri : Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik.
Pada tahun 2008 atas surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Nomor : Dj.I/303/2008 Tentang Izin Pembukaan Program Studi (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasa (PTAIS) pada Tahun 2008, maka dibukalah Fakultas Agama Islam yang terdiri dari dua program stdi, yaitu Program Studi Kependidikan Islam dan Program Studi Ekonomi Syari’ah.

Univesitas Suryakancana Cianjur memiliki 2 program magister (S2), yakni Magister Hukum dan Magister Bahasa dan Sastra Indonesia yang terakreditasi di Dikti.
Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan tinggi bidang Pendidikan, Penelitian dan pengembangan serta Pengabdian pada masyarakat, Universitas Suryakancana Cianjur  berencana mengadakan seminar nasional dan   internasional, 28  Mei dan 4 Juni 2011.

Upaya ini  ditempuh dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan target pertama dan utama untuk meraih kualitas manusia unggul dan kompetitif.    Kegiatan ini merupakan “gawe bareng”  Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) S2, FKIP Unsur dan MGMP Bahasa Indonesia SMA se-Kab. Cianjur akan mengadakan Seminar Internasional II bertemakan: Memperkuat Karakter Bangsa Melalui Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia.


Seorang mahasiswa sedang bertanya dalam semiloka tsb

 Narasumber terdiri dan pakar Bahasa, Sastra dan Budaya berkompeten di bidangnya.  Yakni  Prof. Dr. Henry Chambert Loir (EFEO, Lembaga Penelitian Perancis); Prof. Dr. David Reeve (University of New South Wales, Sydney, Australia; Conjoint Associate Professor UNSW, ILTI Academic Coordinator ACICIS) dan Prof. Dr. H. Yus Rusyana (UPI Bandung).

Sebelumnya, FKIP Unsur juga menggelar Seminar nasional, Sabtu, 28 Mei 2011.  Seminar ini  menghadirkan  Sastrawan dan dramawan internasional,  Putu Wijaya dan Dr. Hj. Siti Maryam, M.Pd (Sekretaris PBSI S2/FKIP Unsur)  di Aula Universitas Suryakancana.

Dengan dihadirkannya para pakar ini, diharapkan dapat membuat atmosfer pendidikan di Kabupaten Cianjur lebih bergelora.

Selain itu mampu memotivasi peneliti, para guru maupun mahasiswa untuk meneliti dan mengaplikasikannya sebagai basis pendidikan karakter di Indonesia. *** (dan w dhien)

Link : (klik) lihat di sini Kompasiana

Perjalanan Pulang Kuliah Yang Mana Tahan ...

Sejak 26 februari 2011, saya kuliah di Cianjur. Untuk mencapai kota Cianjur, saya menggunakan angkutan umum yakni bus yakni bus Garut-Jakarta, maklum naik di tol Cileunyi.

Tiba-tiba saja saat pulang ke Bandung terbersit tuk coba naik jurusan lain, yakni bus Sukabumi-Cirebon di selter DLLAJR Cianjur. Pikirku tak apalah, teoriku, anggap saja pengalaman. Secara matematis Rp, 10.000 (sampe Cileunyi) dan 5.000 sampe Tanjungsari (kebetulan hendak ke daerah sini) jadi Rp. 15.000,00. Mungkin jarak waktu tak seberapa bisa lebih cepat, atau paling lambat 1,5 jam pasti tiba. Biar tidak usah ganti angkutan, praktis, pikirku. Ternyata teori di atas tak berlaku, Kernet minta Rp, 20.000 alasannya bus ini masuk kota. Benar bus ini melewati pintu tol Pasteur menaiki jalan layang Pasupati dan masuk terminal Cicaheum.

Waktu pun ternyata terbuang percuma. Sudah tentu macet melewati kota Bandung di malam Minggu. Bus pun ngetem abis di terminal Cicaheum. Setelah 30 menit, lalu  bus merayap meninggalkan terminal Cicaheum dan memutar segitiga lampu merah. Karena ada bus sejenis yang mengetem, kami diturunkan dan diminta pindah ke bus di depannya. Kami pun didata, waktu menunjukkan pukul 19.30. Hujan besar mengguyur kota Bandung. Seakan menjadi alasan bus untuk ngetem. Emang cukup efektif, bus pun dipenuhi penumpang jurusan Cirebon. Merayap melalui Sindanglaya dan Ujungberung hingga ngetem lagi di ujung tol Cileunyi batas Kabupaten Bandung-Sumedang.

Berkali-kali sopir mencoba menjalankan bus, berkali-kali pula si kernet bilang tahannnnn…. tahannnn…. hingga penumpang cukup muak dengan kata ” ta h annnnnn….” Bila dihitung hampir 20x  kata "tahaannnnnnn.…." diucapkan si kernet dan calo bus pada setiap kali bus mencoba untuk maju.

Alhasil, saya tiba di pasar Tanjungsari pukul 21.30 WIB. Jarak Cianjur-Cileunyi bila via tol itu sekitar 1,5 jam paling lama. Saya naik pukul 16.30 WIB, berarti 5 jam. Hemnmh, bener-benar tersiksa, sebuah perjalanan mana tahan … ***

Semalam di GGI Cianjur

Senandung lagu  Sarwana mendayu-dayu dari radio jadul si abah.  Lirik lagu nostalgia ini pas dengan situasi "nginep" di kota Cianjur. 
Kan kuingat.. di dalam hatiku betapa indah semalam di Cianjur..
Janji kasih yang tlah kau ucapkan penuh kenangan....yang takkan terlupakan
Tapi sayang ...hanya semalam, berat rasanya perpisahan namunku ...telah berjanji, di suatu waktu...kita bertemu lagi..


Ya, Om Deni Sofyan, Pak Asep Hidayat, dan Pak Dadan Wahyudin serta Bu Nina memanfaatkan Gedung Guru Indonesia (GGI) PGRI Kab. Cianjur di Jl. Aria Cikondang Cianjur tempat bermalam untuk menunggu kegiatan di esok Sabtu (22/10)

Seperti gedung-gedung guru lainnya antara lain PGRI Jabar di Jl. Talagabodas 56-58 Bandung dilengkapi  dengan Wisma Guru. GGI ini dimanfaatkan bagi keluarga besar guru untuk transit (singgah) yang kemalaman di Cianjur.  Selain itu GGI  siswa dan mahasiswa yang sedang studi atau ada kegiatan akademik.

Para guru dari Cianjur Selatan seperti: Cidaun, Narinnggul, Agrabinta, Sindangbarang, Tanggeung, Pagelaran, Takokak dan sekitarnya yang mengikuti kegiatan di Cianjur, atau mereka transit mo ke Bandung atau Jakarta, transit di sini. Begitupun mahasiswa melanjutkan ke S2 di Universitas Suryakancana menggunakan GGI sebagai tempat bermalam.

Tarifnya murah meriah cukup  Rp. 10.000,00 semalam. Mandi, nonton TV atau suguhan minum didapat. ** (admin)

Sabtu, 29 Oktober 2011

Sisi Lain Sduadua: Safari Kuliner Kota Cianjur 2011

Cianjur dikenal dengan kulinernya.  Bila biasanya mahasiswa makan siang di dalam kampus, dengan anggota angkatan cukup ringkas, angkatan ini cukup menyewa satu angkot untuk berpetualang di saat istirahat siang.

Tak ada rencana dan jadwal dalam acara "Berbagi dan Memberi" ini, tapi spontanitas saja. Dengan bisa berbagi dan memberi, selangkah menjadi sosok pribadi kaya.  Belajar memberi pada orang lain. Keikhlasan dan silaturami semoga menjadi untaian pahala bagi penderma.  

Mereka cukup mengajukan diri untuk menjadi si empunya hajat. Itulah mengapa tak dan belum sempat mengajak pihak lain bergabung.  Kalo dananya kurang gak usah takut, bendahara kita cukup taktis dan ramah untuk mensubsidinya....

1. RM Padang Bagindo Jl By Pass

di RM Padang Jl Muwardi, hajat Bu Lena
 
ongkos angkot ditanggung Bendahara 

Bu Lenalah yang pertama kali "ngabalakan", makan bareng pun jadi. Kali ini RM Padang di Jl Muwardi yang ketiban rezeki.  Menurut Bu Lena, sekalian dengan do'a ultah, karena bertepatan dengan ultah Bu dari Parkud ini..... hemmh mobil angkot pun disewa dan meluncur...makasih Bu Lena, moga tambah umur tambah rejeki, cepet terganti dan cepet dapet momongan ...

2. RM Motechar Jl ByPass Cianjur

Kali ini Bu Tati dan Bu Erna ketiban durian runtuh. Tiba-tiba saja mengajak "eksekutor lapar", giliran RM Motechar di Jalan By Pass.



  Foto-foto di RM Motechar. Semoga tambah sehat dan mamayu terus, Bu Tati yah....
.

3. RM H. Nana Panembong Cianjur

RM H. Nana di Panembong jadi sasaran di minggu ketiga.  Hemmh mantap.... Syukuran cairnya danser Bu Nenden membuat  kru anggota bisa menikmati kuliner Sunda ini. Spontan dan tiba-tiba!  Makasih Bu  ya... moga menjadi pahala dan  terganti dengan lebih baik dan berkah...

Di RM H.Nana Panembong hajat Bu Hj Nenden


4. RM Ayam Taliwang Bu Nina

Giliran Ayam Taliwang di By Pass, kegiliran Tim Kuliner Dadakan.  Bu Nina dapet rapel beras haha.   Wuihhh..pedasss. Moga sehat dan segera dapetin jodoh yang baik yah...


Bu Nina ultah bibinya di RM Taliwang


Kereta api tut...tu...tu....ke bandung....sukabumi....
.lewatlah stasiun purwakarta  mampirlah di cianjur


Bener makan, gak cuma nongkrong doang ..


5. Perum Karang Tengah Cianjur: Undangan Pak Tamtam

  


Pak Tamtam, rekan sejawat yang akhirnya kuliah di pbsi s2 UPI mengajak nostalgia, eh...nyediain nasi liwet.  Perum Karangtengah pun diserbu...

Semoga sukses cita-cita, lain waktu ngliwet lagi hehe.... tetaplah semangat!!


6. RM Ampera 2 Tak Cianjur
Rencananya abis KKL di Campaka ngajak profesor, tapi berhalangan waktunya. Ya, jadinya kita lagi. 

 Abis KKL, kuliner Ampera langsung disantap.  Bu Lena terganggu makannya oleh kameramen.


Bu Ida, tamu istimewa kita, ngikutan kelompok kuliner. Awas tuh, sambelnya pedess...

7. Syukuran Putra Pak Akrom

 
makan-makan di rumah pak akrom, selamatan putranya.... wah, mantap, 
waduh dokumentasinya di hp bu nenden  kehapus. maafin pa akrom ya...


8.  Bu Ria selamatan

Bu Ria punya hajat.  Ia membawa kru ke RM Lado (Segala Ado) di depan RSUD Cianjur. 
Katanya ultah dan selamatan, selama kuliah sehat dan lancar-lancar aja. 

Seorang anggota, lagi serius baca
Ganti kameramen


9. Bu Yaneu ngundang makan

Tiba-tiba saja Bu Yaneu mengundang makan. Sambil pulang.  Kebetulan Bang Eka, suami Bu Lena bawain mobil.  Ya, sambil pulang mampir dulu di RM Ampera 2 Tak. Makacih, Bu. Moga apa yang disedekahkan mendapat ganti lebih buanyak dan berkah.   

Waduh, ceria banget sih ibu-ibu dan bapak-bapak nih...





10.  Cairnya honor nulis pa dadan



Khidmat, hemat, dan nikmat ... 
Acara berbagi dan memberi kali ini di Kafe FH
Hari ini, Sabtu, 7 Juli 2012,
perkuliahan efektif telah berakhir. 
Pa Dadan giliran berbagi dan memberi, 
semoga dimudahkan segala urusan dan dikabulkan apa didambakan..




 rujak, jus, &  es jeruk satu paket


10. Pak Rido dapet bonus jual mobil


 tak diprogramkan sebelumnya, pak rido ngajak ngundang  saat UAS (ba'da jum'at, Jum'at, 13 Juli 2012) di Kafe FH.  Wah..wah lengkap sudah.... trims kawan

Semoga amal kebaikan saudara/i dapat menjadi momentum untuk tak pernah lelah terus menguntai kebaikan demi kebaikan, belajar berderma terus bisa berderma meskipun secara materi tidaklah besar...tetapi telah menyenangkan orang lain dan belajar ikhlas
Sabda Nabi SAW : Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah..... 
Dengan terus bisa memberi dan berbagi, kita telah belajar menjadi orang kaya.....


tetep semangat kawan



Carita Sawo, Mangle Edisi 2335, 8-17 Agustus 2011

Lamun diguar deui, ngeunaan carita sawo basa Kuliah Lapangan Sosiolinguistik mata kuliah Prof. Yus di Cijagang Cikalongkulon bulan kamari, matak pikaseurieun batur kuring saparakanca. Eta carita sawo, kieu ari caritana mah.

Kelompok kuliah lapangan dibagi dua, hiji diimah perenahna sisi jalan raya, ari hiji deui mah tukangeuna. Kelompok kuring mah kabagean ngeusian imah sisi jalan, ngan kuring salaku panitia kudu merenahkeun heula kelompok sejen di imah tukang. Ngarah tarapti, moal pahibut engkena.

Aya kana dua jamna, kakara kuring muru kelompok sorangan. Asup ka tepas, gek diuk gigireun Pa Akrom. Dina meja ngalayah suguheun, aya cai enteh, wajit, jeung lalawuh sejen balatak siga nu tas “ditampi dengan senang hati” ku para sohib téh. Aya ku reueus pribumi urang lembur, haat nyuguhan ka semah, minangka tamu ti dayeuh Cianjur, ti Kampus Suryakancana. Jeung sohib mani saroleh, aya ku ngarti, ngabageakeun kuring minangka pupuhu wakil koordinator..

Dina piring aya sawo buleud sasiki, panyana téh ngahaja nyesakeun hiji keur kuring. Sawo téh diusap-usap meni lemes kulitna, diimeutan emh mani buleud, dipencet saeutik-saeutik emoy oge, siga nu geus asak. Dirames ku ramo, sawo beulah jadi dua, am weh dihuapkeun ku kuring. Amis, amis, ceuk kuring unggut-unggutan, siga sukarelawan tukang ngetes rasa dina panelitian kuliner (master chef kiwari mah-red). Ngan ningali sohib pada mencrong ka polah kuring.

“Aya naon, jiga ku aneh, ibu-ibu téh. Hoyong deui?” cekeng téh.
“Emh, ari Pa Dadan meni raos, eta sawo téh gaduh pribumi, basa rombongan kadieu, si Ibuna teu aya… Ku abdi saparakanca ti tadi téh cekap ditingalian we bari jeung ngaruy kabita ge, mung diuusap we, teu wantun.. ” ceuk Bu Nina togmol semu manghanjakalkeun anjeun, teu diembat titadi nyao kitu mah.
“Baruk! Ari sugan téh bagean kuring, kumaha geus kieu?” ceuk kuring semu kaget, tapi angot ngagayem sesa sawo da emang amis kereueut téh nyaan lain bohong.

“Mangga ah, nyanggakeun we, siapa berbuat, dia harus bertanggung jawab,” ceuk Bu Ria bari ngadilak, kaduhung teu ku aing meureun. 
Ah, kagok borontok, urang bibita para sohib téh, cekeng dina hate.

“Emh, aya ku kareueut ieu sawo. Abong ngan hiji-hijina, keur badag téh taya sikian, meni peupeul dagingna, jigana moal manggih deui kawas nu kieu mah…haha,” ceuk kuring ngahajakeun.

“Tos…tos abdi bilih ngarelay,” ceuk ibu Nenden mairan bari memeres tali kantongna nu teu merenah. 
Bener we, dina peutingna, bada jarah ka makam Eyang Cikundul anu teu jauh ti Posko mahasiswa, ajang pelampiasan sawo. Duka cape nete tangga anu jumlahna cenah buda-beda, keur loba téh luhur deui, duka dendem keneh ningali kuring murak sawo sorangan bangun nu ni’mat, da eta basa ningali tukang sawo di tempat nu dagang, langsung ngilo sawo 3 kilo mah, dipurak harita keneh di Posko.

Emh, ari ibu-ibu, kudu sagala laksana wae ari gaduh pamaksadan téh. Kin urang nyandak sawo jeung tangkalna dina pot geura ... ***

Dadan Wahyudin
Pasirgede, Kampus Suryakancana, Cianjur