BERBAKTI DAN MENGABDI

BERBAKTI DAN MENGABDI

Rabu, 17 Oktober 2012

Mengakhiri Tahun Akademik 2011/2012, Dosen dan Mahasiswa PBSI S2 UNSUR Cianjur Kunjungi Ujunggenteng, Sukabumi


Beroleh kesegaran di Pantai Ujunggenteng, Sukabumi

Hari Sabtu, 14 Juli 2012 merupakan akhir masa perkuliahan tahun akademik 2011/2012. Sejak hari Jum'at, kegiatan akademik di penghujung masa perkuliahan dilaksanakan berupa  ujian akhir semester (UAS) mahasiswa semester 1, 2, dan 3.  Kegiatan UAS kebetulan  bertepatan dengan berakhirnya pelaksanaan Ujian Komprehensif (bagi semester 3) dan Sidang Tahap II (semester akhir).

Mengakhiri perkuliahan ini, beberapa dosen, staf dan mahasiswa PBSI S2 UNSUR yang mengikuti ujian Komprehensif dan Sidang Tahap II menggunakan momentum ini dengan berwisata ke Taman Pesisir Pantai Penyu, Pangumbahan, Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi.  Acara pengenduran urat syaraf dalam beroleh kesegaran sekaligus pelega emosi dari rutinitas kegiatan sehari-hari dilaksanakan pascakegiatan ujian, yakni  Sabtu-Minggu (14-15/7).

Wisata dilakukan kalangan akademisi PBSI S2 melibatkan mahasiswa dan dosen ini tergolong istimewa, karena dilakukan di  luar kegiatan lapangan akademik seperti biasangya (bukan seperti studi lapangan-red).  Di sini mahasiwa tak perlu direpotkan harus membuat laporan tugas, tetapi bersiap menikmati kejutan, yakni panorama  basisir pakidulan Ujunggenteng mempesona.

Prof. Iswas mencoba mengarungi Samudra Hindia

Nilai istimewa lainnya pada kesempatan ini hadir sejumlah "pupuhu" Prodi PBSI S2 UNSUR Cianjur, yakni Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd (Ketua Prodi PBSI S2), Dr. Hj. Siti Maryam, M.Pd (Sekretaris Prodi), Dra. Hj. Yeni Suryani, M.Pd (Bendahara).  Turut serta pula staf pengajar PBSI S2 lainnya Dr. H. Kohar Pradesa, M.Pd, Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Pd.  Sebelumnya beberapa staf dosen lainnya telah memberi konfirmasi keikutsertaan, yakni Prof. Dr. H. Yus Rusyana, Dr. Hj. Iis Ristiani, M.Pd, Drs. H. Iyep C. Hermawan, M.Pd, Ruswan Dallyono, S.Sos, M.Pd, rupanya ada sesuatu keperluan mendadak dan padatnya kegiatan yang bersangkutan  membuat ybs. belum bisa bergabung  dalam rombongan ini.

Pantai Penyu Pangumbahan
Namun, perjalanan ke salah satu ujung dimiliki provinsi  Jawa Barat ini tak kalah serunya.  Kisah lainnya dapat pembaca nikmati di blog PBSI S2, secara bertahap akan ditayangkan.
Seorang mahasiswi PBSI S2 mengikuti prosesi pelepasan tukik ke laut

Rombongan terdiri 3 mobil avanza bertolak pukul 15.30 dari Kampus UNSUR Cianjur melalui kota Sukabumi.  Peserta menunaikan salat Magrib  di daerah Lengkong.  Perjalanan malam menembus Jampangkulon melalui jalan pintas Mataram cukup menggenjot adrenalin penumpang.  Jalan berbatu dan hampir tidak dijumpai pemukiman menjadi kisah menarik tersendiri.  Pada akhirnya kendaraan tiba di jalan mulus Jampangkulon-Surade baru saja dihotmix.  Pukul 22.00, rombongan mencapai  Ujunggenteng dan menempati pondokan yang telah disiapkan.

Rasa lelah melakukan perjalanan panjang setara 6 jam itu, terobati oleh jamuan khas Ujunggenteng yang telah disediakan mahasiswa baru saja menuntaskan tesisnya, Sirwan Budiarto.  Ia tinggal di Cikalapa, Ujunggenteng.  Ikan bakar, nasi hangat, krupuk opak dan sambel dengan lalabnya langsung diterima dengan antusias.

Memanjakan lidah dengan kuliner ikan bakar yang cita rasa dan sensasinya terus nempel di lidah  penikmatnya.

Ikan bawal seberat 3 kg dan ikan lainnya ini telah diracik dengan bumbu ngepas dan dibakar pas, membuat dagingnya yang tebal dan "pepel" matang sempurna.   Gemuruh deburan gelombang Samudra Hindia yang berada persis di belakang saung tempat botram laksana iringan musik rok yang  menggairah suasana malam.  Apalagi sambal "jeletot" cukup pedas di lidah, efektif menggandakan nafsu makan terpendam sebelumnya. Dari kejauhan, sorot cahaya kapal nelayan secara samar-samar dapat diterawang dari balik saung. Makan malam di malam panjang di tepi pantai menimbulkan kesan mendalam. Bagi yang pernah bermalam mingguan di tepi pantai, barangkali  membangkitkan romantisme dan kenangan manis masa lalu.

Perjalanan ke Pantai Penyu Pangumbahan berjarak 4 km dilakukan malam itu juga.  Pantai Pangumbahan ditempuh dari lokasi Penginapan sekitar 20 menit melalui jalan sirtu (pasir batu) melewati sepanjang pasisir.

Pak Kohar dan Pak Yayat turut penasaran mengintip penyu di Pantai Pangumbahan

Meski malam telah larut, tak menghalangi rombongan menuntaskan kepenasaran melihat momen  proses bertelurnya penyu hijau di Pantai Penyu, Pangumbahan.  Seakan tak mengenal lelah, tiga sopir membawa peserta ini tetap antusias dan bersemangat menuju  Pantai  Pangumbahan.  Suasana deretan losmen dijumpai sepanjang jalan di pesisir pantai tampak penuh.  Begitupula rombongan remaja tampak berjalan kaki, membuat suasana malam jauh dari kesan sepi.
Pukul 00.30, rombongan mencapai lokasi Pantai Penyu Pangumbahan.  Rombongan sempat berbincang-bincang dengan petugas. Petugas menerangkan bahwa penyu amat sensitif terhadap gerakan maupun cahaya.   Ketika melihat banyak gerakan atau sorot cahaya, pengintaian penyu hendak bertelur bisa gagal total.  Namun tuli terhadap suara.  Meskipun kita berteriak dan berdiri di dekatnya, selama tidak bergerak atau menyalakan cahaya, penyu akan tidak terganggu.

Penyu hijau di Pantai Penyu Pangumbahan rela berjuang mengarungi ganasnya Samudra Hindia demi generasi selanjutnya: pesan tanggung jawab dan ketulusan sang ibu (Sumber: ujung-genteng.info)

Dibalik gemuruh suara gelombang laut yang mencekam, rombongan berhasil mencapai tepi pantai. Pasir halus membuat telapak kaki terbenam ke dalam pasir.  Itulah sebabnya, beberapa peserta rombongan menyarankan agar membuka sandal. Petugas yang berada di tepi pantai menyarankan agar rombongan menunggu di aula, nanti akan diberi kabar bila ada penyu yang naik ke daratan.  Proses penyu naik ke daratan, menggali lubang untuk bertelur dan proses bertelur memakan waktu 2 jam.  Menurut petugas, baru saja pada pukul 21.00, ada seekor telur yang telah naik dan bertelur.  Seekor penyu hijau mampu menghasilkan telur sekitar 150 butir.

Tengah malam di Lokasi Konservasi Penyu Pangumbahan
Pantai Menarik
Wisata di daerah Ujunggenteng cukup banyak sekali. Selain bisa  melihat langsung penyu hijau (Chelonia Mydas) bertelur di pantai Pangumbahan, lokasi bertelur penyu lainnya adalah Muara Cipanarikan. Muara ini cukup indah dan tenang. Banyak dikunjungi wasatawan lokal.  Satu lokasi lagi di Citirem berjarak 9 km dari Pangumbahan.  Telur-telur di 2 lokasi ini, menurut petugas ditetaskan di Penangkaran Pangumbahan.

Curug Cikaso penorama menakjubkan di selatan Sukabumi

Pengunjung bisa  berselancar di daerah Ombak Tujuh.   Lokasi ini merupakan kawasan diminati  bagi wisatawan mancanegara untuk olahraga selancar. Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan selalu besar-besar.

Curug Cikaso adalah daerah wisata cukup eksotis merupakan tempat diminati wisatawan cukup indah. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan keindahan panorama Curug  dalam 3 sisi sekaligus.

Pantai Amanda Ratu, Tanah Lot-nya Ujunggenteng (sumber: ujung-genteng.info)

Pantai lainnya yang mempesona adalah Tanah Lot Amanda Ratu.  Pantai ini boleh dikatakan Tanah Lot-nya Bali yang ada di Ujunggenteng. Meskipun belum setenar Tanah Lot Bali, namun Anda dijamin puas menuntaskan mata Anda dengan menikmati tawaran pesona alam mengagumkan di sekelilingnya.

Pastikan bagasi Anda cukup untuk buah tangan: Seorang mahasiswa sedang mengepak bagasi buah tangan berupa "ikan segar" dari TPI Ujunggenteng

Anda bisa berbelanja ikan segar di tempat Pelelangan Ujunggenteng yang berada bersebelahan dengan bekas dermaga Ujunggenteng untuk oleh-oleh yang di rumah.  Ikan-ikan segar seperti lobster, layur, jongjolong, bawal bisa Anda dapatkan dengan harga lebih murah.  Bagi Anda pecinta ikan besar seperti jangilus, pari atau hiu sekalipun, Anda bisa memanjakan diri kuliner "daging putih" yang non-kolesterol ini di sini. (dewa)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar