Uthon, berusia 2 thn: pengalaman lingkungan menstimulus munculnya kosakata barunya |
Penguasaan kosakata sangat penting bagi seorang penulis sebagai bekal untuk membuat tulisan. Dengan penguasaan kosakata yang banyak kita bisa memilih kata (diksi) yang bisa menggelitik, menggoda, menghibur, puitis, menyindir, menyayat atau menghadirkan suasana lara nestapa para pembaca.
Ternyata bahasa diperoleh sejak bayi dilahirkan. Pemerolehan bahasa (language acquisition) berbeda dengan pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa biasanya diperoleh melalui usaha dan sadar melalui proses belajar, maka pemerolehan bahasa cenderung terjadi secara alamiah, secara tidak sadar didapat dari lingkungan keluarganya.
Proses ini terjadi sebenarnya sudah diperoleh bayi sejak kecil. Sesungguhnya bayi sejak kecil sudah “disetel’ secara biologis untuk berkomunikasi. Dalam buku Chaer (Psikolinguistik, 2005: 226-227) digambarkan bahwa sejak bayi sudah menanggapi suara dan gerak-gerik ibunya. Pada usia dua minggu, bayi sudah bisa membedakan wajah ibunya dari orang lain. Pada usia tiga minggu, “senyum sosial” diberikan bayi sebagai reaksi sosial terhadap rangsangan dari luar.
Bulan kedua bayi sudah sering “berdekut” (cooing) jika dia dalam keadaan senang, sebab ada yang menemani, mengajak bicara, atau mengajak bermain. Ibu seyogianya selalu menyesuaikan diri mengajak “dialog” lebih ditingkatkan. Di usia 12 minggu bayi mulai mengeluarkan suara balasan jika bundanya memberi tanggapan terhadap suaranya.
Tahap berikutnya, bayi mulai memahami “pola-gilir” ci-luk-ba sekaligus mempertajam kemampuan bayi memahami “pola gilir” dalam komunikasi tersebut. Menjelang usia 1 tahun anak mulai memegang kendali dalam interaksi. Ia belajar menyatakan keinginannya, termasuk bisa menyuarakan bunyi aaaa pertanda merasa senang dan eeee sebagai bentuk protes.
bayi 2 tahun
Mula-mula anak belajar kata pertama. Pengucapannya terbatas pada kemampuan artikulasinya. Pada bayi, ada sejumlah hambatan dalam melisankan beberapa fonem seperti fonem /k/ belum mampu diucapkan, tetapi sudah bisa menyebutkan fonem /t/. Kalimat satu kata biasa disebut holofrasis oleh pakar sering dianggap bukan kalimat, karena maknanya sukar diprediksikan.
[ikan] diucapkan /itan/ [naittuda] —– naik kuda [tupu-tupu] —- kupu-kupu
Kemudian disusul dengan kalimat dua kata, tiga kata, empat kata dan lima kata. Kali ini mengamati perilaku berbahasa Uthon, buah hati kami, berusia 2 tahun 0 bulan, dalam 100 tuturan yang direkam kemudian ditranskripsi dengan pengantar bahasa Sunda diperoleh kalimat didominasi oleh kalimat satu kata dan dua kata, seperti di bawah ini.
kalimat satu kata
doba
|
1.6
|
domba
|
domba
|
canes
|
1.7
|
sanes
|
bukan
|
dipotonan
|
1.8
|
dipotongan
|
dipotong-potong
|
kalimat dua kata
obin adeun
|
2.5
|
mobil ageung
|
mobil besar
|
obin polici
|
2.6
|
mobil polisi
|
mobil polisi
|
teyeta api
|
2.7
|
kareta api
|
kereta api
|
di uyuh
|
2.8
|
di luhur
|
di atas
|
kalimat tiga kata
nambut capeda aica
|
3.1
|
nambut sapedah aisah
|
meminjam sepedah aisah
|
papah nuju naon
|
3.2
|
papah nuju naon
|
papah sedang apa
|
kalimat empat kata
di tebon aya tating
|
4.1
|
di kebon aya cacing
|
di kebun ada cacing
|
tica tica di dindin
|
4.2
|
cicak-cicak di dinding
|
cicak-cicak di dinding
|
Selain mampu menyusun kalimat hingga lima kata, ia telah mampu menyusun struktur kalimat utuh bersubjek dan predikat, seperti: [dede yuyuyumpatan/dede lulumpatan/dede berlari-lari], [dede angkat ta mejid/dede pergi ke mesjid].
Dilihat dari kategori sintaksisnya, terdapat tuturan:
(1) kata benda (nomina) berupa [estim payun]— eskrim payung, [tuda] — kuda;
(2) kata kerja (verba) : [yuyumpatan]—lulumpatan–berlari-lari,
[dipotonan]—dipotong-potong;
[dipotonan]—dipotong-potong;
(3) keterangan (adverbia) seperti: [di uyuh] — di luhur — di atas,
[ta tebon]—ka kebon — ke kebun;
[ta tebon]—ka kebon — ke kebun;
(4) kata sifat (adjektiva) seperti: [cae] — sae — bagus; [cotat] —coklat ,
adeun —ageung—besar;
adeun —ageung—besar;
(5) kata bilangan (numeralia), seperti: [ceueur] –seueur - banyak,
[capuyuh] — sapuluh –sepuluh.
[capuyuh] — sapuluh –sepuluh.
Brown (dalam Owens, 2008) membagi tahap pemerolehan bahasa anak berdasarkan MLU anak menjadi sepuluh tahap, yaitu :
1. Tahap I MLU (1—1,5) pada usia 12—22 bulan
2. Tahap II MLU (1,5—2,0) pada usia 22—27 bulan….dst
Jumlah kosakata diperoleh Uthon (2 tahun) dalam 100 tuturan memiliki nilai MLU (Mean Length of Utterance ) 1,74 berada pada Tahap II sesuai rentang usianya pada saat diambil data berusia 2 tahun atau 24 bulan.
Semakin tinggi MLU anak maka semakin tinggilah penguasaan berbahasa anak tersebut.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar